Definisi dan Fungsi Ijtihad

1. Definisi dan Fungsi Ijtihad

Secara bahasa ijtihad berarti pencurahan segenap kemampuan untuk mendapatkan sesuatu. Yaitu penggunaan akal sekuat mungkin untuk menemukan sesuatu keputusan hukum tertentu yang tidak ditetapkan secara eksplisit dalam al-Quran dan as-Sunnah. Rasulullah saw pernah bersabda kepada Abdullah bin Mas'ud sebagai berikut : " Berhukumlah engkau dengan al-Qur'an dan as-Sunnah, apabila sesuatu persoalan itu engkau temukan pada dua sumber tersebut. Tapi apabila engkau tidak menemukannya pada dua sumber itu, maka ijtihadlah ". Kepada �Ali bin Abi Thalib beliau pernah menyatakan : " Apabila engkau berijtihad dan ijtihadmu betul, maka engkau mendapatkan dua pahala. Tetapi apabila ijtihadmu salah, maka engkau hanya mendapatkan satu pahala ". Muhammad Iqbal menamakan ijtihad itu sebagai the principle of movement. Mahmud Syaltut berpendapat, bahwa ijtihad atau yang biasa disebut arro'yu mencakup dua pengertian :

a. Penggunaan pikiran untuk menentukan sesuatu hukum yang tidak ditentukan secara eksplisit oleh al-Qur'an dan as-Sunnah.

b. Penggunaan fikiran dalam mengartikan, menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari sesuatu ayat atau hadits.

Adapun dasar dari keharusan berijtihad ialah antara lain terdapat pada al-Qur'an surat an-Nisa ayat 59.
2. Kedudukan Ijtihad

Berbeda dengan al-Qur'an dan as-Sunnah, ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan sebagi berikut :

a. Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang mutlak absolut. Sebab ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai produk pikiran manusia yang relatif maka keputusan daripada suatu ijtihad pun adalah relatif.

b. Sesuatu keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang tapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat tapi tidak berlaku pada masa / tempat yang lain.

c. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan � ibadah mahdhah. Sebab urusan ibadah mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasulullah.

d. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur'an dan as-Sunnah.

e. Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motifasi, akibat, kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa daripada ajaran Islam.
3. Cara ber-Ijtihad

Dalam melaksanakan ijtihad, para ulama telah membuat methode-methode antara lain sebagai berikut :

a. Qiyas = reasoning by analogy. Yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang belum diterangkan oleh al-Qur'an dan as-Sunnah, dengan dianalogikan kepada hukum sesuatu yang sudah diterangkan hukumnya oleh al-Qur'an / as-Sunnah, karena ada sebab yang sama. Contoh : Menurut al-Qur'an surat al-Jum'ah 9; seseorang dilarang jual beli pada saat mendengar adzan Jum'at. Bagaimana hukumnya perbuatan-perbuatan lain ( selain jual beli ) yang dilakukan pada saat mendengar adzan Jum'at ? Dalam al-Qur'an maupun al-Hadits tidak dijelaskan. Maka hendaknya kita berijtihad dengan jalan analogi. Yaitu : kalau jual beli karena dapat mengganggu shalat Jum'at dilarang, maka demikian pula halnya perbuatan-perbuatan lain, yang dapat mengganggu shalat Jum'at, juga dilarang. Contoh lain : Menurut surat al-Isra' 23; seseorang tidak boleh berkata uf ( cis ) kepada orang tua. Maka hukum memukul, menyakiti dan lain-lain terhadap orang tua juga dilarang, atas dasar analogi terhadap hukum cis tadi. Karena sama-sama menyakiti orang tua. Pada zaman Rasulullah saw pernah diberikan contoh dalam menentukan hukum dengan dasar Qiyas tersebut. Yaitu ketika � Umar bin Khathabb berkata kepada Rasulullah saw : Hari ini saya telah melakukan suatu pelanggaran, saya telah mencium istri, padahal saya sedang dalam keadaan berpuasa. Tanya Rasul : Bagaimana kalau kamu berkumur pada waktu sedang berpuasa ? Jawab �Umar : tidak apa-apa. Sabda Rasul : Kalau begitu teruskanlah puasamu.

b. Ijma' = konsensus = ijtihad kolektif. Yaitu persepakatan ulama-ulama Islam dalam menentukan sesuatu masalah ijtihadiyah. Ketika �Ali bin Abi Thalib mengemukakan kepada Rasulullah tentang kemungkinan adanya sesuatu masalah yang tidak dibicarakan oleh al-Qur'an dan as-Sunnah, maka Rasulullah mengatakan : " Kumpulkan orang-orang yang berilmu kemudian jadikan persoalan itu sebagai bahan musyawarah ". Yang menjadi persoalan untuk saat sekarang ini adalah tentang kemungkinan dapat dicapai atau tidaknya ijma tersebut, karena ummat Islam sudah begitu besar dan berada diseluruh pelosok bumi termasuk para ulamanya.

c. Istihsan = preference. Yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip umum ajaran Islam seperti keadilan, kasih sayang dan lain-lain. Oleh para ulama istihsan disebut sebagai Qiyas Khofi ( analogi samar-samar ) atau disebut sebagai pengalihan hukum yang diperoleh dengan Qiyas kepada hukum lain atas pertimbangan kemaslahatan umum. Apabila kita dihadapkan dengan keharusan memilih salah satu diantara dua persoalan yang sama-sama jelek maka kita harus mengambil yang lebih ringan kejelekannya. Dasar istihsan antara lain surat az-Sumar 18.

d. Mashalihul Mursalah = utility, yaitu menetapkan hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan syari'at. Perbedaan antara istihsan dan mashalihul mursalah ialah : istihsan mempertimbangkan dasar kemaslahan ( kebaikan ) itu dengan disertai dalil al-Qur'an / al-Hadits yang umum, sedang mashalihul mursalah mempertimbangkan dasar kepentingan dan kegunaan dengan tanpa adanya dalil yang secara tertulis exsplisit dalam al-Qur'an / al-Hadits.

Kitab-kitab Yang Meriwayatkan Hadits-hadits Palsu.

13. Kitab-kitab Yang Meriwayatkan Hadits-hadits Palsu.

Diantara kitab-kitab yang banyak menggunakan hadits-hadits maudhu' ini ialah kitab-kitab seperti Tafsir Baidlawi, Tafsir Kilbi dan lain sebagainya. Kitab-kitab tasawwuf dan kitab-kitab akhlaq juga banyak terlibat dalam penyebaran hadits-hadits palsu ini. Di Indonesia masih banyak pesantren-pesantren dan buku-buku yang juga terlibat dalam penyajian-penyajian hadits-hadits palsu. Dan sampai saat ini ummat Islam belum mempunyai satu lembaga khusus yang bertugas mengoreksi buku-buku yang menyajikan hadits-hadits yang maudhu' ( palsu ).

Ceramah-ceramah Agama di tengah-tengah Masyarakat Islam Sampai Sekarang Ini Masih Sering Menyajikan Hadits-hadits Palsu.

B. AS-SUNNAH / AL-HADITS

12. Ceramah-ceramah Agama di tengah-tengah Masyarakat Islam Sampai Sekarang Ini Masih Sering Menyajikan Hadits-hadits Palsu.

Pada peringatan mauludan masih sering sekali terdengar : " Barangsiapa menafkahkan satu tali untuk mauludku aku akan menolongnya di Yaumil qiyamah ". Pada peringatan Isra dan Mi'raj masih sering pula disajikan dongengan-dongengan yang mencerikan tentang gambaran kendaraan Rasulullah, buraq, digambarkan sebagai berwajah wanita, berbadan seperti kuda, sayapnya paha dan lain sebagainya.

Siratal mustaqim yang terdapat dalam surat al-Fatihah dilukiskan sebagai jembatan yang sangat kecil seperti rambut dibelah tujuh, lebih tajam dari pedang yang paling tajam dan seterusnya. Selain itu populer pula dikalangan ummat Islam, pepatah-pepatah dari orang-orang tertentu atau kata-kata hikmat dalam bahasa Arab, yang dinilai dan populer sebagai sabda Nabi saw.

Mungkin karena isinya cukup baik sehingga masyarakat Islam menilainya sebagai sabda Rasulullah itu. Contoh antara lain : " Cinta tanah air itu sebagian daripada iman ". " Islam tidak akan ada tanpa adanya organisasi. Organisasi tidak akan ada tanpa adanya pemimpin. Pemimpin tidak akan ada tanpa adanya kepatuhan ". " Agama itu akal pikiran. Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal pikiran ". " Engkau lihat kotoran nyamuk pada muka orang lain, dan engkau tidak melihat kotoran unta yang ada pada mukamu sendiri ". " Terkadang kefakiran itu mendorong kepada kekufuran ".

ceramah agama islam mualaf

Undang teman dan keluarga untuk belajar agama dengan mendownload MP3 (ceramah, doa dan dzikir/zikir), eBook dan software Islami di web ini atau klik disini untuk memasang banner Kajian.Net di situs dan blog Anda untuk memudahkan pengunjung web Anda mendownload kajian audio mp3 dari web kajian.net.

“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR Muslim no. 2674).


http://pakdenono.com/down/strategi.mp3
http://pakdenono.com/down/murtadin_mualaf_cd2.mp3

Membongkar Dusta Pendeta Rudy Muhamad Nurdin

Pendapat Para Tokoh Ulama

Pendeta Nurdin menulis belasan buku Kristen yang di bungkus dengan ayat-ayat Al-Qur‘an, yang isinya banyak melecehkan Islam. Bagaimana penilaian Ustadz?

Apa yang dilakukan oleh Pendeta Nurdin ini semakin menyakinkan kita bahwa segala bentuk kebohongan, manipulasi menjungkirbalikkan kebenaran, itulah yang selalu dilakukan oleh kalangan yang ingin merusak akidah Islam. Cara-cara yang tidak terhormat seperti itu dibiarkan dan ditolelir oleh gereja-gereja yang melindunginya.

Jadi yang dilakukan oleh Pendeta Nurdin ini semakin meyakinkan kita bahwa segala tipu daya dan tipu muslihat itu sudah menjadi metodologi dari kalangan mereka itu. Itulah sebabnya kita menginginkan adanya aturan main, termasuk kode etik penyiaran agama.

Berdasarkan hal-hal tadi, sudah sangat mendesak perlunya aturan main yang mengatur tatacara penyebaran agama. Karena masyarakat kita ini majemuk.

Kenapa Nasrani bersikap menolak aturan main penyebaran agama?

Ada 3 hal yang menjadi sebab: pertama, mereka menolak campur tangan negara berkenaan dengan agama dan institusi-institusi agama. Kedua, Mereka menolak segala bentuk pengaturan hukum dan undang-undang berkenaan dengan agama dan institusi-institusi. Ketiga, mereka menolak asas proporsionalitas.

Nah, ketiga hal ini adalah sikap yang licik. Bagi Indonesia yang sangat luas, berbagai agama dan kultur masyarakat dengan jumlah penduduk yang lebih besar, kalau negara tidak boleh mengatur dalam hal-hal yang menyangkut agama di wilayahnya, maka akan menimbulkan masalah.

Mereka sebenarnya terpaksa menerima aturan, tapi pada dasarnya mereka menolak. Maka sejarah mencatat. Baru satu hari umur republik ini, pada tanggal 18 Agustus 1945 mereka meminta agar 7 kata dalam piagam Jakarta dicoret.

Sepanjang sejarah kita perhatikan, mereka selalu menolak campur tangan negara dalam agama dan institusi agama. Mulai dari RUU Peradilan Agama, RUU Sisdiknas, RUU Perkawinan, dll.

Jadi pengaturan penyiaran agama ini semakin sulit?

Sayangya, tidak ada apresiasi dari pemerintah terhadap umat Islam. Betapa umat Islam sebagai umat yang mayoritas terhadap kokoh-tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebaliknya, jika ada hal-hal yang buruk selalu ditimpakan kepada umat Islam.

Bagaimana tindakan umat Islam menghadapi gerakan Pendeta Nurdin dan yang semisalnya?

Kita wajib mempertahankan akidah. Kita mulai dari diri sendiri, lalu rumah tangga, kemudian masyarakat, komunitas, dan seterusnya. Kemudian jangan melakukan tindakan-tindakan anarkhis yang justru melahirkan sikap ketidaksimpatian orang terhadap Islam. Kita Kita harus menjaga kekompakan sesama ormas Islam.

Tindakan konkret terhadap Pendeta Nurdin, menurut pendapat saya, tempuh jalur hukum saja. Pendeta Nurdin harus diproses hukum, dan buku-bukunya harus ditarik dari peredaran. Makanya kita memerlukan pendalaman secara hukum terhadap kasus-kasus seperti itu.

Drs. Abu Deedat MH, Ketua Umum Tim FAKTA: “Itulah Misi Musang Berbulu Ayam”

Bagaimana pandangan Ustadz terhadap buku-buku Pendeta Nurdin?

Memang Pendeta menyebarkan misi melalui pendekatan-pendekatan seperti yang dilakukan oleh Paulus. Karena ini sasarannya untuk kalangan Islam, maka dia masuk dengan pendekatan-pendekatan Islam.

Dalam buku ini Nurdin menggiring pembaca kepada ajaran Nabi Muhammad dulu, seolah olah Nurdin mengakui dan membenarkan Nabi Muhammad. Tapi ujung-ujungnya dia mengatakan bahwa Nabi Muhammad menikah dengan cara Kristen dan diberi kado berupa Alkitab perjanjian baru dan lama. Jadi, judul islami dalam buku-buku Pendeta Nurdin itu untuk mengelabui saja. Cara-cara inilah yang disebut dengan musang berbulu ayam.

Bagaimana cara kita untuk menghadapi metode Pemurtadan Pendeta Nurdin?

Pertama, kita perlu meluruskan berbagai kekeliruan dlam tulisan-tulisannya. Kedua, harus diungkap kebohongan-kebohongan yang dia lakukan, karena dia itu mengaku Islam tapi membaca Al-Qur‘an saja tidak bisa. Saya dan Pak Abujamin Roham sudah pernah bertemu muka dengan dia dalam forum dialog agama di Rawamangun, Jakarta Timur beberapa tahun silam. Ketika saya test dia untuk membaca Al-Qur’an, ternyata dia tidak bisa membaca. Ketika saya tanya di mana tertulis sejarah bahwa Nabi Muhammad menikah dapat kado Bibel? Pendeta Nurdin pun tidak bisa menunjukkan. Jadi, tulisan Pendeta Nurdin itu hanya akal-akalan saja.

Ketiga, kita harus melaporkan kepada pihak yang berwajib supaya dia ditindak secara hukum, karena dia telah menyalahi aturan-aturan penyebaran agama, dan cara yang dilakukan tidak fair.

Kalau dia beralasan untuk kalangan sendiri?

Lha nyatanya dijual secara umum. Dalam buku Ayat-ayat Penting dalam Al-Qur’an halaman 10 Nurdin menulis bahwa buku-buku itu ditujukan untuk semua umat Islam. Bohong, jika dia bilang untuk kalangan sendiri. Dia mengatakan memberi judul bukunya seperti itu agar bisa dibaca oleh umat Islam.

Dari segi apa Pendeta Nurdin dilaporkan kepada pihak yang berwajib?

Penipuan judul-judul bukunya yang seperti Islami tapi isinya memanipulasi sejarah, misalnya tuduhan bahwa Nabi menikah secara Kristen, Nabi sebagai pencetus Pantekosta, dll. Ini termasuk pelecehan, penyimpangan dan itu bisa dituntut.

KH. Khalil Ridwan, Ketua MUI Pusat: “Pendeta Nurdin Harus Dilaporkan ke Polisi”

Pendeta Nurdin menerbitkan buku-buku berkedok Islam yang isinya menghina Nabi SAW. Bagaimana komentar Pak Kyai?

Ya, sebenarnya itu dulu pernah dilakukan oleh Pendeta Suradi. Dia sudah difatwakan hukuman mati oleh Kyai Athian Ali Dai dari Bandung. Kemudian Suradi kabur dan ngumpet. Nurdin pun harus digituin, karena ia telah melakukan penipuan terhadap umat. Manipulasi ini sebuah kejahatan pemurtadan. Dia juga bisa dijerat dengan delik telah menodai ayat suci Al-Qur‘an. Jadi harus ada tindakan dari kita yang melaporkan ke polisi, bahwa ini adalah pelecehan terhadap Al-Qur‘an yang meresahkan umat. Ini yang dikhawatirkan akan menimbulkan suatu tindakan anarkhis sepihak dari umat Islam.

Pendeta Nurdin juga menulis bahwa Rasulullah menikahi Khadijah yang beragama Kristen dengan tatacara Kristien.

Ya, itu ada delik hukumnya.

Bagaimana MUI menyikapi hal ini?

Buku-buku seperti itu harus dikirim ke pengurus harian Komisi Pengkajian dan Penelitian. Setelah dikaji, nanti buku itu bisa direkomendasikan dan diusulkan ke pemerintah untuk melarang peredarannya.

Jadi, buku ini pantas untuk dituntut kepada pihak yang berwajib?

Iya, jelas! Itu termasuk penodaan agama, penipuan umat dan gerakan pemurtadan. Jelas pelanggaran terhadap SKB.

Mana pengakuan Yesus di dalam Alkitab bahwa dia beragama Kristen?

Pertanyaan Pertama

Mana pengakuan Yesus di dalam Alkitab bahwa dia beragama Kristen?

Semua pengikut Yesus pasti mengakui bahwa mereka beragama Kristen. Tetapi apakah ada di antara mereka bisa membe­rikan bukti atau menunjukkan ayat-ayat yang tertulis di dalam Alkitab bahwa Yesus beragama Kristen?

Pertanyaan seperti itu tampak sepele atau main-main, padahal kami benar-benar serius dan akan menepati janji bila ada diantara umat Kristiani atau dari agama manapun yang bisa memberikan bukti berupa ayat-ayatnya yang tertulis dalam Alkitab tentang pengakuan Yesus bahwa dia beragama Kristen.

Jika Yesus ternyata bukan beragama Kristen, lalu apa nama agama Yesus yang sebenarnya? Siapa saja yang bisa menun­jukkan bukti atau menunjukkan ayat-ayat yang benar-benar tertulis di dalam Alkitab (Bible), pengakuan Yesus bahwa dia beragama Kristen, maka kami sediakan hadiah sebesar Rp. 10.000.000.- (sepuluh juta) tiap pertanyaan.

Banvak umat Kristiani tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Yesus bukan beragama Kristen dan yang menamakan agama itu `Kristen' bukan Yesus, tapi Barnabas dan Paulus (Saulus) di Antiokhia. Perhatikan ayat-ayat Alkitab dibawah ini :

"Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Sauius; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang.

Di Antiokhia-lah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.'
(Kis 11:23-26)

Ayat diatas membuktikan bahwa yang menamakan agama itu "Kristen' bukan Yesus. tetapi Barnabas dan Paulus.

Seumur hidupnya Yesus tidak pernah tahu kalau agama yang dibawanya dinamai Kristen, sebab nama "Kristen' itu baru muncul jauh setelah Yesus mati. Timbul pertanyaan; kalau begitu kapan Yesus mati dan kapan agama yang dibawanva dinama Kfisten? Menurut data yang kami baca dalam beberapa buku yang ditulis oleh kalangan Kristen sendiri, diantara-nya dalam buku "Religions on File" Yesus lahir sekitar tahun 4 SM (Sebelum Masehi) dan wafat sekitar tahun 29 M (Masehi). Semen­tara Paulus dan Barnabas memberi nama "Kristen" terhadap agama yang mereka bentuk, yaitu sekitar tahun 42 M. Ini berarti sekitar 13 tahun (42-29=13) setelah Yesus mati, baru muncul agama Kristen bentukan Barnabas dan Paulus.

Didalam kitab suci agama Islam yaitu A1 Qur`an, tidak dijumpai satu pun kata "Kristen", yang ada kata "Nashara" karena Yesus berasal dari kota Nazareth. Dan pengikut ajaran Yesus disebut "Nashrani” bukan Kristen. Bahkan didalam Alkitab itu sendiri, kata "Kristen' hanya disebutkan paling banyak 6 (enam) kali, yaitu pada Kis 11:26, Kis 26:28, Rm 16:7, 1 Kor 9:5, 2 Kor 12:2 dan 1 Ptr 4:16)


(ahmed Deedat)

Sebuah Pemeriksaan

PENGAKUAN YANG MEMBERATKAN

Nyonya Ellen G. White, seorang "Nabi" gereja Advent Hari Ketujuh, dalam komentar Injilnya pada buku pertama halaman 14, memuat pengakuan tentang kesalahan "Kitab Suci Injil".

"Injil" yang kita baca saat ini adalah hasil pekerjaan banyak penyalin yang dalam banyak hal mengerjakan pekerjaan mereka dengan ketelitian yang mengagumkan. Tetapi penyalin-penyalin ini tidaklah sempurna, dan Tuhan tidak menjaga mereka semua dari kesalahan penulisan."

Dalam komentar pada bagian selanjutnya, Nyonya White memberi kesaksian lebih lanjut:

"Saya melihat Tuhan menjaga Injil secara khusus," (terhadap apa?) "Ketika salinan Injil menjadi beberapa, orang-orang terpelajar dalam beberapa hal mengubah kata-kata dengan tujuan agar menjadi jelas, padahal kenyataannya membuat bingung yang telah jelas, karena menjadi condong terhadap pandangan mereka, yang dipengaruhi tradisi."

Penyakit yang Timbul

Penyakit mental adalah salah satu yang ditanamkan. Penulis ini dan para pengikutnya masih dapat meneriakkan dari puncak atap bahwa "Benar, Injil adalah Firman Tuhan yang sempurna." "Ya, Injil telah tercampur, tetapi murni." "Bersifat manusiawi, juga Ketuhanan." Apakah dalam bahasa mereka kalimat tersebut mempunyai arti? Ya, mereka memilikinya dalam hukum peradilan tetapi tidak dalam teologi. Mereka membawa sebuah "kebebasan penyair" dalam ajarannya.

"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (terhadap diri mereka sendiri)." (Al-Qur'an - Al-Baqarah (2): 10).

Kesaksian

Para penginjil yang paling riuh adalah Sekte Kesaksian Yehovah. Pada halaman 5 dari "Kata Pendahuluan" mereka yang telah disinggung sebelumnya, mereka mengakui:

"Dalam menyalin wahyu asli dengan tangan, elemen kelemahan manusia masuk di dalamnya, sehingga tak satu pun dari seribu salinan dalam bahasa aslinya, yang masih ada saat ini adalah duplikat yang sempurna. Ini berarti tidak ada dua salinan yang benar-benar sama."

Sekarang lihatlah, mengapa keseluruhan "kata pendahuluan" yang berjumlah 27 halaman dihilangkan dari Injil mereka. Allah telah membuat mereka menggantung dirinya sendiri melalui orang-orang terpelajar dari kalangan mereka sendiri.

Seadanya

Dari dua puluh empat ribu lebih naskah yang berbeda yang dibanggakan umat Kristen, para sesepuh gereja memilih empat yang paling cocok dengan anggapan mereka dan pendapat yang terbentuk sebelumnya, dan menyebutnya Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Kita akan memperlakukan masing-masing kitab Injil tersebut sesuai dengan tempatnya. Marilah kita lihat kesimpulan penelitian Sekte Kesaksian Yehovah seperti ditulis dalam kata pendahuluan yang sekarang dihilangkan: "Karenanya, ini membuktikan bahwa teks asli naskah Yunani Kristen telah dirusak sama seperti teks LXX."

Kelompok ini telah lancang menerbitkan 9.000.000 (Sembilan Juta) salinan pada edisi pertamanya dari sebuah buku setebal 192 halaman yang berjudul "Is the Bible really the Word of God?" (= Apakah Injil Benar Firman Tuhan?) Di sini kita berhadapan dengan mental yang sakit, tidak ada sejumlah kerusakan, seperti yang dikatakan mereka, akan "cukup Besar Mempengaruhi Keaslian Injil" (?). Inilah logika Kristen!

Sebuah Pemeriksaan

Dr Graham Scroggie pada halaman 29 dalam buku yang telah disebutkan tadi mengaku:

"Marilah kita benar-benar jujur sewaktu membahas permasalahan ini, (apakah Injil firman Tuhan?). Pikirkan bahwa kita hendak mendengar apa yang dikatakan Injil tentang hal tersebut. Dalam sebuah hukum peradilan kita menganggap seorang saksi akan berbicara kebenaran, dan harus menerima apa yang dikatakannya jika kita tidak mempunyai dasar yang kuat untuk menuduhnya, atau dapat membuktikannya sebagai pendusta. Tentu saja Injil harus diberikan kesempatan yang sama untuk didengar, dan diterima seperti sebuah pemeriksaan."

Permintaan tersebut wajar dan beralasan. Kita akan melakukan tepat seperti permintaannya dan membiarkan Injil berbicara untuk dirinya sendiri.

Dalam lima kitab pertama Injil, Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan, terdapat lebih dari 700 pernyataan yang membuktikan tidak hanya bahwa Tuhan bukanlah penulis kitab-kitab ini, tetapi bahkan tidak ada campur tangan Musa di dalamnya. Bukalah kitab ini secara acak dan Anda akan melihat:

  • "Dan Tuhan berkata kepadanya, Pergilah, kesalkan hatimu ... "

  • "Dan Musa berkata kepada Tuhan, orang-orang tersebut tidak dapat datang ...."

  • "Dan Tuhan berkata kepada Musa, Pergilah sebelum orang-orang tersebut ..."

  • "Dan Tuhan berbicara kepada Musa, mengatakan ...."

  • "Dan Tuhan berkata kepada Musa, Turunlah, hargailah ..."

Terbukti dan jelas bahwa semua ini bukanlah Firman Tuhan atau Musa, tetapi menunjukkan suara orang ketiga yang ditulis dari cerita orang.

Musa Menulis Sendiri Berita Kematiannya?

Mungkinkah Musa menyumbang berita kematiannya sendiri sebelum kematiannya? Apakah orang-orang Yahudi menulis sendiri berita kematiannya? "Lalu Musa ... meninggal ... Dan dia (Tuhan Yang Maha Kuasa) menguburnya (Musa) ... Dia berumur 120 tahun ketika meninggal ... Dan tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel seperti Musa ...." (Ulangan 34: 5-10). Kita akan menganalisa Perjanjian Lama lainnya yang dipresentasikan dari sudut yang berbeda. (ahmed Deedat)

SIKAP UMMAT ISLAM

Orang-orang Kristen yang Sombong

Tak akan pernah Anda temui seorang misionaris, apakah itu Katholik, Protestan, atau salah seorang dari seribu satu sekte dan golongan Kristen, yang tidak, secara umum, mensyaratkan bahwa orang yang menjadi sasaran misi da'wahnya harus menerima "Injil"-nya sebagai kitab terakhir dalam setiap opini keagamaan. Satu-satunya jawaban yang dimiliki orang itu (sasaran misionaris) adalah, mengutip ayat-ayat Injil yang bertentangan dengan para misionaris atau mendebat penafsiran mereka.

Pertanyaan yang Mantap

Ketika seorang Muslim membuktikan suatu masalah dari kitab Injil milik umat Kristen, dan ketika seorang pendeta profesional tidak dapat menyangkal argumen-argumen tersebut --cara umat Kristen mengelak adalah dengan pertanyaan-- "Apakah Anda menerima Injil sebagai firman Tuhan?" Dalam menghadapi hal itu, pertanyaannya terlihat mudah, tetapi jawaban sederhana "Ya" atau "Tidak" tidak dapat diberikan sebagai jawaban. Pertama kali seseorang harus menerangkan posisinya. Tetapi orang Kristen tersebut tidak akan memberikan kesempatan tersebut. Dia menjadi tidak sabar. "Jawab - 'Ya atau Tidak!" dia memaksa. Bangsa Yahudi melakukan hal yang sama terhadap Yesus 2000 tahun yang lalu.

Pembaca dengan segera menyetujui bahwa sesuatu tidaklah selalu hitam atau putih. Di antara keduanya ada ber-jenis jenis bayangan abu-abu. Jika Anda mengatakan "Ya" untuk pertanyaan ini, itu berarti Anda siap menelan mentah-mentah semuanya, dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu. Jika Anda memberi tanggapan dengan mengatakan "Tidak", dengan cepat ia melepaskan diri dari fakta-fakta yang Anda sajikan, dan mengumpulkan dukungan dari teman-teman-nya dengan: "Lihatlah, orang ini tidak percaya terhadap Injil! Apa haknya menjelaskan kasusnya dari kitab kita?" Dengan tipe argumen seperti ini ia tertolong menghindari isu tersebut. Apa yang harus dilakukan oleh seorang Mubaligh? Ia harus menjelaskan posisinya berhadapan dengan Injil, sebagaimana seharusnya.

Tiga Tingkat Pembuktian

Sebagai orang Islam, kita tanpa keraguan mengakui bahwa dalam Injil ada tiga jenis kesaksian berbeda yang dapat dikenali tanpa memerlukan pelatihan khusus apapun, yaitu:

  • Di dalam Injil Anda dapat mengenali apa yang mungkin digambarkan sebagai "Firman Tuhan".

  • Anda juga dapat melihat apa yang digambarkan sebagai "Perkataan Nabi Tuhan".

  • Dan Anda akan mengamati bahwa Injil adalah catatan dari para saksi yang melihat atau yang mendengar, atau tulisan seseorang berdasarkan cerita orang. Yang seperti itu adalah "Perkataan Sejarawan".

Anda tidak perlu mencari contoh-contoh dari berbagai jenis bukti yang berbeda di dalam Injil. Kutipan berikut akan memperjelas hal tersebut:

Tipe pertama:

  • "Aku akan membangkitkan seorang Nabi bagi mereka . . . Aku akan menaruh Firman Ku . . . dan ia akan mengatakan kepada mereka segala apa yang Ku perintahkan kepadanya." (Injil - Ulangan 18: 18).
    "Aku, Akulah Tuhan, dan tidak ada juru selamat selain daripada-Ku." (Injil - Yesaya 43: 11).

  • "Berpalinglah kepada Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Aku-lah Allah dan tidak ada yang lain." (Injil - Yesaya 45: 22).

Perhatikan kata ganti orang pertama (yang diberi tekanan) dalam referensi di atas, dan tanpa kesulitan Anda akan menyetujui bahwa redaksi pernyataan tersebut sepertinya layak sebagai firman Tuhan.

Tipe kedua:

  • "... Yesus berseru dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" (artinya: Allah Ku, Allah Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?...." (Injil - Matius 27: 46).

  • "Jawab Yesus kepadanya, 'Hukum yang utama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang Esa'... " (Injil - Markus 12: 29).

  • "Jawab Yesus kepadanya: 'Mengapa kau katakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain daripada Allah saja'..." (Injil - Markus 10: 18).

Bahkan seorang anak kecil pun dapat menegaskan bahwa: Yesus "berseru," Yesus "menjawab," dan Yesus "berkata," adalah perkataan dari orang yang dijadikan utusan-Nya, yaitu perkataan Nabi Tuhan.

Tipe ketiga:

"Dan dari jauh, Ia (Yesus) melihat pohon Ara yang sudah berdaun. Ia (Yesus) mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia (Yesus) mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia (Yesus) tiba disitu, Ia (Yesus) tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, ..." (Injil - Markus 1 1: 13).

Kesaksian tipe ketiga ini banyak terdapat di dalam Injil, yaitu kata-kata orang ketiga. Perhatikan kata ganti kepunyaan yang telah diberi penekanan, itu semua bukanlah Firman Tuhan atau Perkataan Nabi-Nya, tetapi "perkataan sejarawan".

Amatlah mudah bagi seorang muslim membedakan ketiga tipe redaksi dari bukti di atas, karena semua itu juga terdapat dalam kepercayaannya. Dibanding pengikut agama lain, seorang muslim paling beruntung karena berbagai macam catatan tersebut terdapat dalam kitab yang terpisah!

Pertama: Tipe pertama --Firman Tuhan-- ditemukan dalam kitab yang disebut Kitab Suci Al-Qur'an.

Kedua: Tipe kedua --Perkataan Nabi Tuhan--, (Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam) dicatat di dalam kitab yang disebut Hadits.

Ketiga: Bukti tipe ketiga ini berlimpah-limpah jumlahnya dalam berbagai buku sejarah Islam yang berbeda, beberapa ditulis oleh orang-orang berpengetahuan yang dapat dipercaya, dan yang lainnya ditulis oleh orang-orang yang kurang dapat dipercaya, tetapi umat Islam dianjurkan menyimpan kitab-kitab tersebut dalam buku yang terpisah!

Umat Islam menjaga ketiga tipe tersebut secara terpisah, sesuai tingkatan sumbernya, dengan tidak menyamakannya. Sebaliknya, Injil berisi campuran berbagai literatur, yang berisi hal-hal yang memalukan, mesum dan cabul --semua dalam sampul yang sama. Seorang Kristen terpaksa mengakui persamaan spiritual terhadap semuanya, dan ini menyebabkannya menjadi tidak beruntung.(ahmed Deedat)

'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an

SEBUAH TANTANGAN ABADI

"Katakanlah: 'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain'..." (QS. Al-Israa': 88).

Apakah Mu'jizat

Menurut saya, kita harus mempunyai gambaran yang jelas apa yang dimaksud dengan sebuah mu'jizat. Berikut ini beberapa definisi:

  • "Sebuah kejadian yang kelihatan begitu tak dapat dijelaskan oleh hukum alam, yang dianggap sebagai gaib dari sumbernya atau sebuah perbuatan Tuhan."

  • "Seseorang, sesuatu atau kejadian yang membangkitkan perasaan kagum."

  • "Sebuah perbuatan di luar kekuasaan manusia, sebuah kemustahilan."

Secara akal semakin besar kemustahilan, semakin besar pula mu'jizatnya. Contohnya, seseorang seharusnya meninggal di hadapan mata kita sendiri dan telah dinyatakan mati oleh seorang paramedis yang berhak melakukannya, kemudian dengan sebuah kekuatan gaib atau sebuah perintah orang suci mayat tersebut 'bangkit!', dan membuat setiap orang keheranan karena orang tersebut bangun dan pergi, kita akan menyebutnya sebagai mu'jizat.

Tetapi jika proses menghidupkan kembali orang mati tersebut terjadi setelah mayat berada di kamar jenazah selama 3 hari, maka kita akan menyambut dengan gembira hal ini sebagai sebuah mu'jizat yang lebih besar. Dan, jika orang mati tersebut dibuat bangkit dari kuburan, satu dekade atau satu abad sesudah tubuhnya membusuk, maka kita akan menyebutnya mu'jizat yang paling besar dari semuanya!

Sebuah Ciri Umum

Sudah menjadi ciri umum manusia sejak jaman dahulu bahwa kapan saja sebuah petunjuk datang dari Tuhan untuk mengarahkan kembali langkah-langkah mereka ke dalam kehendak dan rencana Tuhan; mereka menginginkan bukti gaib dari para utusan Tuhan ini, sebagai pengganti atas penerimaan perintah suci yang dibawakannya.

Sebagai contoh, ketika Yesus mulai mengajarkan kaumnya -"Bani Israel"- untuk memperbaiki jalan mereka dan untuk menahan diri supaya tidak berlaku formal hanya sesuai hukum belaka dan menyerap roh yang benar dari hukum dan perintah Tuhan, kaum yang menginginkan mu'jizat darinya untuk membuktikan kejujurannya, seperti tercatat dalam kitab Injil:

"Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus, 'Guru, kami ingin melihat suatu tanda (mu'jizat) daripada Mu' Tetapijawaban-Nya kepada mereka, 'Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda (mu'jizat). Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan TANDA (mu' jizat) selain tanda (mu'jizat) nabi Yunus' [Injil - Matius 12: 38-39 (Ditambah penekanan)].

Meski secara sepintas Yesus menolak memanjakan orang-orang Yahudi di sini, kenyataannya, ia melakukan banyak mu'jizat sebagaimana kita pelajari dari penggambaran Injil.

Kitab Injil penuh dengan kejadian gaib yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kenyataannya semua "tanda" dan "ketakjuban" dan "kemu'jizatan" adalah perbuatan Tuhan, tetapi selama semua mu'jizat itu bekerja melalui perantara manusia, kita melukiskannya sebagai mu'jizat nabi, misalnya Musa Alaihis-salam atau Yesus yang melakukan mu'jizat dengan menggunakan tangan mereka.

Kebiasaan Berlanjut

Sekitar 600 tahun setelah kelahiran Yesus Kristus, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam utusan Allah dilahirkan di Makkah Arab. Ketika ia memproklamasikan misinya pada usia 40 tahun, orang-orang senegerinya, kaum musyrik Makkah membuat permintaan yang sama, yaitu mu'jizat, seperti yang telah dilakukan bangsa Yahudi dari Mesias yang dijanjikan. Jika orang-orang Arab meniru catatan orang Kristen maka gaya penulisannya akan sama. Kebiasaan sejarah berulang dengan sendirinya!

"Dan, mereka (orang-orang kafir Makkah) berkata, 'Mengapa tidak diturunkan kepadanya mu'jizat-mu'jizat dari Rabb-nya?' ..." (QS. Al-'Ankabuut: 50).

Tanda-tanda! Tanda-tanda Apa?

"Mu'jizat? Serunya, mu'jizat apa yang kamu miliki? Tidakkah kamu sendiri di sana? Tuhan membuat kamu 'membentuk kamu dari sedikit tanah'. Kamu tadinya sesuatu yang kecil, beberapa tahun yang lalu kamu tidak ada sama sekali. Kamu mempunyai kecantikan, kekuatan, fikiran, Kamu mempunyai perasaan kasihan satu sama lain, Usia tua mendatangi kamu, dan rambut abu-abu; Kekuatanmu memudar menjadi lemah. Kamu rebah diri, dan tidak bangun lagi. 'Kamu mempunyai perasaan kasihan satu sama lain'. Ini sangat mengesankan saya: Allah mungkin telah membuatmu tidak mempunyai perasaan kasihan satu sama lain, --Lalu bagaimana! Ini sebuah pemikiran langsung yang besar, pandangan selintas pada tangan pertama sampai sesuatu yang sangat nyata..." (Thomas Carlyle dalam Heroes and Hero-Worship and the Heroic in History).

"Ini Sangat Mengesankan Saya"

Pernyataan ini, yaitu, 'Kamu mempunyai perasaan kasihan satu sama lain', sangat berkesan bagi Thomas Carlyle dari pembacaan terjemahan Ingggrisnya, Saya kira, ayat yang membangkitkan perasaan sentimen ini adalah Al-Qur'an, Surat Ar-Ruum ayat 21-, yaitu:

  1. "Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari antaramu sendiri, supaya kamu tinggal dalam ketenangan dengan mereka. Dan, Dia meletakkan rasa cinta dan sayang di antaramu (hati). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Terjemahan oleh A. Yusuf Ali, ditambah penekanan)

  2. "Dan satu dari tanda-tanda-Nya ialah Dia menciptakan istri-istri untukmu atau jenismu sendiri, supaya kamu dapat tinggal dengan mereka, dan Dia memberikan rasa cinta dan kelembutan diantaramu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Terjemahan oleh Pendeta J.M. Rodwell, M.A., ditambah penekanan)

  3. "Dengan tanda yang lain Dia memberikan untukmu istri-istri dari antaramu sendiri, supaya kamu dapat hidup dalam kesenangan dengan mereka, dan Dia menanamkan rasa cinta dan kebaikan ke dalam hati-hati kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfkir" (Terjemahan oleh N.J. Dawood, ditambah penekanan)

Contoh pertama berasal dari terjemahan A. Yusuf Ali, seorang Muslim. Yang kedua oleh seorang Pendeta Kristen yaitu Pendeta J.M. Rodwell (M.A.) dan contoh terakhir oleh seorang Yahudi Irak yaitu N.J. Dawood.

Sayangnya Thomas Cariyle tidak mempunyai hubungan dengan mereka karena tidak ada satu pun dari mereka telah melakukannya dalam zamannya. Satu-satunya yang tersedia untuknya pada tahun 1840 sebagaimana dikatakannya pada halaman 85 dalam keterangan bukunya:

"Kita juga dapat membaca Al-Qur'an, terjemahan Al-Qur'an milik kita, oleh Sale, yang dikenal sebagai seorang yang sangat adil." (Ditambah penekanan).

Motifnya Tidak Bersih

Carlyle sangat murah hati terhadap orang senegaranya. Motif George Sale yang mempelopori penterjemahan kitab suci Al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris perlu dicurigai. Dia tidak merahasiakan penentangannya terhadap kitab suci Islam tersebut. Pada tahun 1734, dalam kata pengantar terjemahannya ia mengakui tujuannya adalah untuk menyingkap Muhammad dan pemalsuannya: Dia mencatat:

"Siapa yang dapat memahami setiap bahaya dari sebuah pemalsuan yang begitu jelas? ... Orang-orang Protestan sendiri berhasil menyerang Al-Qur'an tersebut; dan bagi mereka, saya percaya, perintah Tuhan telah menyediakan pujian atas kejatuhannya." (George Sale)

Dan ia mulai bekerja dengan terjemahan yang berdasarkan persangkaannya. Anda dapat menilai bagaimana "adil" dan terpelajarnya George Sale dari ayat yang "sangat mengesankan!" (Carlyle). Bandingkan dengan 3 contoh yang telah diberikan oleh seorang Muslim, Kristen dan Yahudi:

"Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah Dia menciptakan istri-istri untukmu dari antaramu sendiri, Supaya kamu berhubungan seks dengan mereka, dan meletakkan rasa cinta dan kasih di antaramu." (Ditambah penekanan)

Saya fikir George Sale bukanlah "seorang laki-laki dengan sifat patriotik berlebihan" pada jamannya untuk melukiskan pasangan kita, para istri atau suami sebagai obyek seksual. Dia hanya berpegang pada janjinya, yang diabaikan Carlyle.

Kata Arab yang ia (Sale) selewengkan adalah "litas-kunoo" yang berarti untuk mendapatkan kedamaian, hiburan, ketenangan atau ketentraman; dan bukan "hubungan seks" yang berarti "untuk hidup bersama dalam sebuah hubungan seksual ketika belum sah menikah". (Kamus umum "The Reader's Digest")

Setiap kata teks Al-Qur'an telah dipilih dengan teliti, ditulis dan ditempatkan sendiri oleh Yang Maha Bijaksana. Mereka membawa "sidik jari" dan tanda-tanda Tuhan. Dan walaupun begitu, secara spritual menyebabkan penuh prasangka....

Meminta Sebuah Tanda

Apakah tanda-tanda? Maksudnya beberapa jenis tanda khusus atau mu'jizat seperti perintah pikiran bodoh mereka. Segala sesuatu mungkin bagi Tuhan, tetapi Tuhan tidak akan menyenangkan hati orang-orang bodoh tersebut atau mendengarkan permintaan mereka yang salah. Dia telah mengirim utusan-Nya untuk menerangkan tanda-tanda-Nya dengan jelas, dan untuk mengingatkan mereka akibat penolakan tersebut. Apakah hal itu belum cukup? Kecenderungan permintaan mereka umumnya seperti berikut:

Dalam istilah khusus mereka meminta ia --Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam-- 'Letakkan tangga sampai ke surga dan bawa turun sebuah kitab dari Tuhan benar-benar di depan mata mereka' --"Kemudian kami akan percaya," kata mereka. Atau 'Kamu lihat gunung disebelah sana, ubahlah gunung tersebut menjadi emas'-- "Kemudian kami akan percaya," atau 'Buat aliran air memancar pada padang pasir'-- "Kemudian kami akan percaya".

Sekarang dengarkan alasan lembut dan manis Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menghadapi permintaan orang-orang musyrik yang tidak masuk akal dan meragukan --"Apakah saya berkata kepadamu, sesungguhnya saya seorang malaikat? Apakah saya berkata kepadamu, sesungguhnya di tangankulah harta Tuhan? Saya hanya mengatakan, apa yang diwahyukan kepadaku itulah yang saya ikuti."

Dengarkan lebih lanjut jawaban paling mulia yang diperintahkan Tuhan-Nya untuk diberikan kepada orang-orang yang tidak percaya:

"Katakanlah (hai Muhammad), 'Sesungguhnya tanda-tanda (mu'jizat-mu'jizat) itu terserah kepada Allah. Dan, sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata'..." (QS. Al-'Ankabuut: 50).

Dalam ayah (ayat) berikut Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam diminta menunjuk Al-Qur'an sendiri sebagai jawaban terhadap permintaan mereka yang bersifat munafik tersebut untuk beberapa jenis khusus "tanda" khusus atau "mu'jizat" yang diidam-idamkan orang-orang bodoh, penyembah berhala. Tentu saja semua mu'jizat adalah "tanda-tanda"; dan itulah ketidak-percayaan mereka, keragu-raguan mereka, kurangnya iman memotivasi mereka meminta sebuah tanda. Mereka diminta untuk --'Lihat pada Al-Qur'an" dan lagi, "Lihat Al-Qur'an!"

"Dan. apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-'Ankabuut: 51).

Dua Bukti

Sebagai bukti kepenulisan Tuhan dan mu'jizat alamiah kitab suci Al-Qur'an, diberikan dua argumen oleh Yang Maha Kuasa sendiri:

1. "Bahwa Kami" (Tuhan Yang Maha Kuasa) telah mewahyukan kepada "kamu" (Muhammad!) "Al-Kitab kepada kamu" yang benar-benar seni orang yang tidak berpendidikan. Seorang nabi yang "Ummi". Seorang yang tidak dapat membaca dan menulis. Seorang yang tidak dapat menulis namanya sendiri. Izinkan Thomas Carlyle memberikan kesaksian sehubungan kualitas pendidikan Muhammad:

"Satu keadaan lain yang tidak boleh dilupakan: bahwa ia tidak mempunyai pengetahuan sekolah; dari segala sesuatu yang kita sebut pengetahuan sekolah tidak sama sekali"

Selain itu penulis (Tuhan Yang Maha Kuasa) sendiri memberikan kesaksian atas kejujuran Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menyatakan bahwa ia tidak akan pernah dapat mengubah isi Al-Qur'an; ia tidak mungkin menjadi penulisnya:

"Dan, kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar benar ragulah orang yang mengingkari (mu)." (QS. Al-'Ankabuut: 48).

Penulis Al-Qur'an sedang memberi alasan kepada kita, bahwa jika Muhammad seorang terpelajar, dan jika ia dapat membaca dan menulis, maka dalam kasus tersebut omongan di tempat-tempat belanja mempunyai beberapa pembenaran untuk meragukan pernyataan bahwa Al-Qur'an adalah firman Tuhan.

Dalam kejadian Muhammad menjadi seorang terpelajar, tuduhan penentangnya bahwa ia mungkin menyalin kitabnya (Al-Qur'an) dari tulisan orang-orang Yahudi dan Kristen, atau mungkin ia telah mempelajari Aristotle dan Plato, atau ia tentunya telah membaca Taurat, Zabur dan Injil dan mengulangi semuanya dalam sebuah bahasa yang indah, mungkin membawa beberapa bobot. Kemudian, "Para pembicara kesombongan" mungkin mempunyai sebuah titik. Tetapi walau alasan bohong di atas kertas tipis ini telah disangkal terhadap orang yang tidak percaya dan pengejek: Sebuah titik yang hampir tidak cukup besar untuk menggantung seekor lalat!

2. "Kitab tersebut?" Ya, "kitab" itu sendiri, membawa bukti yang membuktikan kepenulisan Tuhan. Pelajari kitab tersebut dari berbagai sudut. Periksa dengan teliti. Mengapa tidak menerima tantangan penulis jika Anda benar-benar ragu atas keasliannya?

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an itu? Kalau kiranya Al-Qur'an itu bukan berasal dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS. An-Nisaa': 82).

Konsistensi

Tak dapat dibayangkan ada seorang penulis manusia tetap konsisten dalam pengajaran dan da'wahnya selama periode waktu 2 dekade lebih. Sejak usia 40 tahun, ketika Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menerima seruan pertamanya dari surga sampai umur 63 tahun saat ia menghembuskan nafas terakhir, selama 23 tahun nabi suci tersebut melakukan dan mengajarkan Islam. Dalam 23 tahun itu, Ia mengalami perselisihan yang sangat keras yang mengubah hidupnya.

Setiap manusia, selama dalam suatu misi tersebut, akan dipaksa oleh keadaan untuk berkompromi "secara terhormat", dan tidak dapat menolong pertentangan dalam dirinya sendiri. Tidak ada seorang manusia dapat menulis selalu sama, seperti perintah suci Al-Qur'an yang: "Konsisten dengan sendirinya", keseluruhan! Atau apakah hal itu yang menyebabkan orang-orang yang tidak percaya keberatan, benar-benar membantah, keras kepala, terhadap cahaya dan pembenaran mereka sendiri yang lebih baik?

Lebih jauh lagi, Al-Qur'an berisi atau menyinggung banyak hal yang berhubungan dengan alam raya yang tidak dikenal manusia sebelumnya yang secara berurutan melalui evolusi dan penemuan ilmu pengetahuan telah penuh dikonfirmasikan --sebuah lahan dimana pikiran yang tidak terdidik akan sangat kehilangan keliaran dan spekulasi yang bertentangan!

Bukti Yang Terbukti Dengan Sendirinya

Sekali lagi, ketika beberapa orang pengejek dan sembrono meminta mu'jizat dari Nabi Tuhan, ia diminta untuk menunjukkan Al-Qur'an --Perintah suci dari Yang Maha Tinggi-- sebagai "Mu'jizat". Mu'jizat dari berbagai mu'jizat! Dan orang-orang arif, orang-orang yang berhubungan dengan kesusasteraan dan berwawasan spiritual, orang yang cukup jujur terhadap diri mereka sendiri, mengenali dan menerima Al-Qur'an sebagai mu'jizat yang sebenarnya.

"Sebenarnya Al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan, tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (QS. Al-'Ankabuut: 49)